Gadgetren – Kini semakin banyak smartwatch dan smartband yang beredar. Mulai dari yang dibanderol dengan harga sangat murah hingga mahal sekalipun, kita akan lebih mudah menemukannya di pasaran.
Seiring persebaran perangkat tersebut, berbagai macam teknologi penunjang pun ikut disematkan untuk melengkapi kemampuannya dalam melacak kebugaran pengguna. Termasuk salah satu yang sering ditonjolkan di antaranya adalah SpO2.
Teknologi pelacak kebugaran ini sudah tersedia di sejumlah perangkat. Kita bahkan bisa menemukannya pada Xiaomi Smart Band 7 dan HUAWEI Band 7 yang notabene dipasarkan dengan harga relatif sangat terjangkau.
Dengan menggunakan fitur ini, kita bisa memperoleh informasi kesehatan secara lebih lengkap yang basanya akan ditampilkan secara langsung pada layar perangkat atau bisa juga dilihat melalui aplikasi kebugaran di handphone.
Lalu apa sebenarnya SpO2? Apa yang bisa diukur olehnya? Berikut penjelasan lebih rinci mengenai fitur kesehatan pada beberapa smartwatch dan smartband ini buat kamu yang masih penasaran.
Apa Itu SpO2?
SpO2 berasal dari singkatan kata Saturation of peripheral oxygen. Secara ringkas bisa diartikan sebagai persentase jumlah sel darah merah (hemoglobin) yang berisi atau memuat kandungan oksigen di dalam tubuh.
Sesuai dengan namanya, fitur ini akan mengukur tingkat kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah. Jadi nanti semakin banyak kadarnya, maka angka yang ditampilkan oleh smartwatch atau smartband akan semakin tinggi.
Oksigen sendiri sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia supaya bisa tetap hidup. Maka dari itu, semakin tinggi nilai SpO2 yang terukur oleh smartwatch atau smartband akan semakin baik untuk tubuh seseorang.
Selain pada smartwatch dan smartband, kita bisa melakukan pengukuran SpO2 dengan menggunakan alat yang disebut dengan pulse oximeters. Alat khusus ini mempunyai penggunaan sedikit berbeda.
Jika smartwatch dan smartband perlu dikenakan di pergelangan tangan, pulse oximeters harus dipakai di ujung jari yang mana diklaim sebagai titik ideal untuk melakukan pengukuran SpO2 secara lebih akurat.
Meskipun begitu, smartwatch, smartband, atau pulse oximeters umumnya akan memanfaatkan sinar inframerah yang ditembakkan ke dalam tubuh untuk melihat perubahan warna yang diserap oleh perangkat untuk mengukur tingkat SpO2.
Jadi akan sangat dipengaruhi oleh warna kulit, cahaya sekitar, maupun pergerakan kita. Kalaupun beberapa perangkat juga dilengkapi dengan algoritma perhitungan dengan menggabungkan data lainnya, tingkat akurasinya pun hanya berubah sedikit saja.
Karena alasan tersebut, kita tidak bisa memakai fitur SpO2 pada perangkat-perangkat tersebut sebagai alat medis. Kita tidak boleh memanfaatkannya untuk membuat diagnosa permasalahan yang sedang terjadi di dalam tubuh.
Sementara untuk melakukan diagnosa medis, kita perlu mengikuti tes kesehatan yang disebut dengan Arterial Blood Gas (ABG) atau Analisis Gas Darah (AGD). Kita umumnya hanya bisa menemukannya di rumah sakit tertentu.
Tinggalkan Komentar