Review Oblivion Remastered – Remaster Sejati yang Bikin Takjub

Gadgetren – Saat itu siang hari di tahun 2006, saya masih remaja belasan tahun dan bermain game adalah hobi favorit saya sepulang sekolah. Salah satu pengalaman yang paling membekas adalah ketika pertama kali terpukau oleh keindahan dunia Cyrodiil di The Elder Scrolls IV: Oblivion.

Gemerisik dedaunan, dunia luas yang bebas dijelajahi, dan kebebasan berkreasi, Oblivion terasa begitu canggih dan imersif pada masanya. Saya tenggelam sepenuhnya dalam dunia buatan Bethesda ini. Dari situlah kecintaan saya terhadap Western RPG bermula dan untuk pertama kalinya saya menjadi fans berat seri The Elder Scrolls.

Kini di tahun 2025, Bethesda membawa kejutan besar. Oblivion hadir kembali dalam versi remaster dengan grafis yang jauh lebih memukau dan game engine baru.

Salah satu hal yang langsung mencuri perhatian saya di Oblivion Remastered adalah wajah Emperor Uriel Septim yang kini tampil jauh lebih detail dan hidup. Begitu pula dengan para NPC yang tak ada lagi ekspresi wajah aneh.

Begitu keluar dari area Sewer di awal permainan, pemandangan Cyrodiil langsung menyambut saya dengan visual yang memukau. Dunia yang dulu terasa magis, kini tampil lebih nyata berkat peningkatan grafis menyeluruh dari Bethesda. Oblivion Remastered benar-benar membawa game klasik ini ke era modern tanpa kehilangan jiwanya.

Setiap kota besar dalam game ini punya ciri khas yang unik. Imperial City terasa megah dan sibuk, Chorrol mengusung nuansa desa medieval yang tenang, Anvil punya suasana pesisir yang hangat, Skingrad tampak seperti kota kastil yang padat, Cheydinhal kental dengan nuansa Elf, dan Bravil yang kumuh.

Di tiap kota ini kita bisa membeli rumah dan menjadikannya basecamp. Tinggal dipilih sesuai selera mau yang megah, nyaman, atau misterius.

Karena versi remastered ini sudah termasuk semua DLC dari game original, kita juga bisa mendapatkan rumah-rumah spesial seperti Battlehorn Castle atau Frostcrag Spire secara cepat dan gratis. Tapi tentu saja untuk melengkapinya tetap perlu modal tambahan.

Satu hal yang saya suka adalah Bethesda tidak mengubah soundtrack original Oblivion. Bagi saya musik game ini luar biasa. Bahkan saya pribadi merasa soundtrack Oblivion lebih menyentuh dibanding Skyrim. Entah kenapa alunan musiknya selalu berhasil menenangkan hati dan menambah keasyikan saat menjelajahi luasnya dunia Cyrodiil.

Salah satu hal unik dari game Oblivion adalah kita bisa masuk ke alam Oblivion melalui Oblivion Gates. Di versi remaster ini, dunia Oblivion terasa jauh lebih mencekam. Lanskapnya suram, atmosfernya menekan, dan desain visualnya membuat pengalaman menjelajah jadi lebih menegangkan.

Area-area gelap yang dipenuhi zombie pun kini tampil lebih menyeramkan, menghadirkan nuansa horor yang semakin kuat.

Tak hanya itu, kita juga bisa menjelajahi reruntuhan Ayleid, dungeon yang menjadi ciri khas Oblivion. Namun sayangnya untuk dungeon lain seperti gua, desainnya terasa kurang bervariasi.

Dibalik semua peningkatan grafis yang mengesankan dari Oblivion Remastered, sayangnya ada beberapa efek samping yang cukup terasa. Pertama adalah ukuran file game yang kini membengkak drastis, hampir mencapai 120GB. Ini lompatan besar jika dibandingkan dengan versi originalnya yang hanya sekitar 5GB.

Selain itu Oblivion Remastered juga menuntut spesifikasi hardware yang cukup tinggi. Di komputer saya yang menggunakan Ryzen 5700X, RTX 3060 Ti, dan RAM 16GB mampu menghasilkan FPS di kisaran 90 pada pengaturan grafis kombinasi Medium dan High.

Namun begitu, seringkali saya mengalami stutter selama memainkan game ini. Besar kemungkinan Oblivion Remastered belum sepenuhnya optimal dalam memanfaatkan resource hardware, sesuatu yang semoga bisa diperbaiki lewat update atau patch di masa mendatang.

Soal gameplay, Oblivion Remastered mungkin tampak tak jauh berbeda dari versi originalnya. Namun di balik tampilan yang familiar itu, ada banyak peningkatan yang signifikan.

Salah satu perubahan paling mencolok sekaligus paling bermanfaat adalah sistem leveling baru yang kini jauh lebih ramah dan tidak lagi serumit sebelumnya. Sistem leveling pada Oblivion original rawan merusak statistik karakter jika tidak dikelola dengan hati-hati.

Dalam versi remastered ini, kita tidak perlu lagi repot mengatur keseimbangan antara skill major dan minor demi leveling yang efisien. Setiap kali kita melatih skill karakter baik itu major maupun minor, progress naik level akan tetap berjalan meskipun skill minor akan meningkat lebih lambat.

Bagi kamu yang baru pertama kali memainkan Oblivion dan sebelumnya sudah familiar dengan Skyrim, ada baiknya menurunkan sedikit ekspektasi. Mekanisme gameplay Oblivion memang terasa lebih klasik.

Tidak ada sistem membuat armor, kamu tak bisa membangun rumah sendiri dari nol, tidak ada fitur memasak, dan efek visual sihir pun cenderung sederhana.

Perlu diingat juga, Oblivion Remastered masih mewarisi sejumlah bug dari versi aslinya seperti bug duplikasi item. Meski begitu, beberapa bug lain sudah diperbaiki yang memberikan pengalaman yang lebih mulus dibandingkan versi terdahulu.

Oblivion Remastered sudah dilengkapi dengan dua ekspansi besar yaitu Knights of the Nine dan Shivering Isles. Dengan semua konten tersebut, menyentuh angka 100 jam permainan adalah hal yang wajar jika ingin menyelasaikan seluruh quest dan eksplorasi game secara menyeluruh.

Secara umum game ini tidak terlalu sulit untuk dimainkan asalkan tingkat kesulitannya disetel di level Adept. Saya sarankan untuk tidak buru-buru menaikkan tingkat kesulitan karena sistem kesulitan di Oblivion bisa dibilang agak berantakan.

Bayangkan, hanya naik satu tingkat kesulitan ke Expert, musuh langsung menjadi jauh lebih tahan terhadap serangan di mana damage yang kita hasilkan hanya sekitar 0,286x dari seharusnya  sementara karakter kita menerima damage hingga 3,5 kali lipat.

Dampaknya, pertarungan terasa tidak seimbang dan musuh berubah menjadi bullet sponge yang sangat menyita waktu dan frustasi. Saya sendiri sempat melakukan kesalahan ini di awal permainan. Setelah naik beberapa level, saya merasa musuh jadi terlalu tangguh untuk dilawan secara langsung.

Solusinya? Saya mengandalkan sihir Conjuration karena makhluk yang dipanggil lewat sihir ini sepertinya tidak terpengaruh oleh sistem scaling kesulitan. Tapi pada akhirnya cara bermain ini terasa membosankan, saya hanya perlu memanggil makhluk lalu menyingkir dan menunggu pertempuran selesai.

Saya pribadi tidak keberatan dengan game yang menantang, tapi bukan seperti ini caranya. Saran saya, tingkat kesulitan di Oblivion Remastered baru ditingkatkan ketika karakter sudah cukup kuat misalnya saat musuh di level Adept sudah terasa terlalu mudah untuk dikalahkan.

Satu hal penting lain yang perlu diketahui, musuh dalam game ini akan mengikuti level karakter kita. Jadi tempat yang awalnya hanya berisi musuh lemah bisa berubah jadi sarang musuh kuat jika kita datang ke sana di level tinggi.

Oleh karena itu jangan terlalu lama menunda main quest terutama misi menuju Kvatch. Jika kamu datang ke sana dalam kondisi level tinggi, musuh yang muncul bisa jauh lebih sulit dari yang seharusnya.

Secara keseluruhan saya memberikan dua jempol untuk tim Bethesda dan juga Virtuos atas kerja mereka di Oblivion Remastered. Mereka berhasil meningkatkan kualitas visual secara signifikan tanpa menghilangkan identitas dan nuansa khas dari versi original.

Jika kamu penggemar RPG barat, pemain Skyrim, atau pernah menikmati Oblivion di masa lalu, versi remaster ini wajib kamu coba. Nostalgia tetap terasa tapi dengan kemasan yang lebih modern dan nyaman dimainkan di era sekarang.

Oblivion Remastered tersedia di berbagai platform seperti PC, PlayStation, dan Xbox. Menariknya game ini juga termasuk dalam layanan Xbox PC Game Pass yang berarti kamu bisa memainkannya secara gratis jika sudah berlangganan.

Namun satu hal penting untuk pengguna PC Game Pass, akses ke mod akan lebih sulit dibandingkan versi Steam meskipun secara teknis masih memungkinkan.