Review ASUS Zenbook A14 UX3407
- Rating
Kesimpulan
ASUS Zenbook A14 UX3407 unggul dengan bobotnya yang sangat ringan, menjadikannya mudah dibawa tanpa membebani bawaan. Tak hanya itu, laptop ini menggunakan material unik Ceraluminum dan prosesor Snapdragon X.
Yang Disukai
- Sangat ringan
- Material yang unik tapi kokoh
- Performa lancar
- Port lengkap
Yang Tidak Disukai
- Masih ada aplikasi yang tidak kompatibel di ARM
- Refresh rate layar masih rendah
Gadgetren – Saat mencari perangkat kerja yang sangat ringan tapi tetap powerful, mungkin yang terbayang adalah tablet. Memang sih tablet ringan, tapi agar fungsinya mendekati laptop perlu aksesoris tambahan seperti keyboard dan stand yang ujung-ujungnya jadi berat juga.
Untuk pekerjaan, laptop saat ini masih menjadi pilihan yang terbaik meski umumnya berbobot di atas 1 kg. Nah menariknya ASUS kini merilis laptop super ringan dengan berat hanya 899 gram.
Meski ringan, laptop ini tetap menawarkan performa mumpuni dan port lengkap untuk berbagai kebutuhan menjadikannya pilihan ideal bagi mahasiswa atau pekerja dengan mobilitas tinggi.
Desain
Saat pertama kali memegang laptop ini, saya benar-benar terkejut dengan keringanannya. Jauh lebih ringan dari yang saya bayangkan. Padahal saya sudah terbiasa menggunakan ASUS Zenbook UM3406 yang juga termasuk laptop ringan.
Perbedaan berat sekitar 300 gram ini dibanding laptop UM3406 terasa signifikan saat dibawa untuk aktivitas sehari-hari. Kalau kamu tertarik dengan laptop ringan, saya sangat menyarankan untuk mencoba laptop ini langsung di toko, benar-benar ringan.
Uniknya lagi, Zenbook A14 menggunakan material Ceraluminum yang merupakan gabungan dari “ceramic” dan “aluminium”. ASUS mengklaim material ini mengombinasikan keringanan dan durabilitas aluminium dengan ketahanan anti-gores seperti keramik.
Saat disentuh, material ini memang tidak terasa seperti logam tetapi tetap kokoh dan memberikan kesan berbeda. Selama saya gunakan, bekas telapak tangan hampir tidak terlihat di permukaannya dan jika ada noda bisa dengan mudah dibersihkan.
Varian laptop yang saya gunakan dalam review ini hadir dengan balutan warna abu gelap yang memberikan kesan menarik kecuali pada bagian penutupnya.
Menurut saya desain penutup laptopnya terlalu sederhana untuk sebuah Zenbook yang biasanya memiliki ornamen khas. Meski begitu, mungkin bagi orang lain ada yang menyukai tampilan minimalis seperti ini.
Saat laptop dibuka, desain interiornya jauh lebih menarik. Keyboard yang sedikit masuk ke dalam dan logo ASUS di pojok kanan atas memberikan sentuhan yang lebih khas. Keyboard laptop ini memiliki ukuran yang pas di jari dan terasa nyaman saat mengetik, begitu juga dengan touchpad-nya yang berukuran besar.
ASUS juga menyematkan tombol khusus Copilot pada keyboard laptop ini seperti halnya laptop Windows masa kini. Saat digunakan di tempat gelap, setiap tombol keyboard diterangi cahaya latar satu warna dengan tingkat kecerahan yang dapat disesuaikan.
Dari segi konektivitas, laptop ini menyediakan port yang cukup lengkap di mana terdapat dua port USB 4 Type-C, HDMI 2.1, dan audio jack di sisi kiri. Sementara di sisi kanan tersedia satu port USB 3.2 Gen 2 Type-A.
Layar
Soal layar, Zenbook A14 mengusung panel IPS-level berukuran 14 inci dengan resolusi 1920×1200, kecerahan 400 nit, dan cakupan warna 100% sRGB.
Layar ini mampu menampilkan konten dengan sangat baik di berbagai kondisi dalam penggunaan sehari-hari saya. Salah satu hal yang saya suka adalah jenisnya yang anti-glare sehingga mampu mengurangi pantulan cahaya secara signifikan.
Saya pribadi lebih menyukai layar seperti ini dibandingkan model glossy yang sering kali memantulkan cahaya atau bahkan bayangan diri saat digunakan.
Sayangnya refresh rate layar ini masih 60Hz padahal saat ini semakin berjamur laptop yang menawarkan refresh rate lebih tinggi untuk tampilan animasi yang lebih halus.
Performa
Selain bobotnya yang ringan, laptop ini juga memiliki keunikan lain yaitu penggunaan prosesor terbaru dari Qualcomm, Snapdragon X (X1-26-100).
Dari segi performa secara keseluruhan, laptop ini sudah sangat mumpuni. Dukungan RAM LPDDR5X 16GB dan penyimpanan internal M.2 NVMe PCIe 4.0 SSD 512GB pun membuatnya semakin responsif.
Saat saya gunakan untuk bekerja dengan Microsoft Office, multitasking, hingga berselancar web menggunakan Chrome dengan banyak tab, tidak sekalipun saya mengalami lag.
Namun perlu dicatat bahwa prosesor ini menggunakan arsitektur ARM yang berbeda dari prosesor laptop pada umumnya. Akibatnya ada kemungkinan beberapa aplikasi tidak kompatibel.
Sebagai contoh, aplikasi Xbox memiliki fungsi yang sangat terbatas di laptop ini dan tidak dapat memanfaatkan Xbox Game Pass untuk bermain game.
Untungnya berbagai aplikasi pekerjaan yang saya gunakan sudah berjalan dengan baik termasuk fitur mencetak dokumen ke printer dan Google Drive yang sebelumnya belum kompatibel di laptop Snapdragon yang saya review.
Jika laptop ini lancar untuk bekerja, bagaimana saat ingin beristirahat dan bermain game? Tenang saja, Zenbook A14 masih mampu menjalankan game dengan cukup baik meski ekspektasi kualitas grafis perlu disesuaikan.
Saat memainkan Genshin Impact di resolusi native dengan setelan grafis Lowest, rata-rata FPS yang diperoleh adalah 29 dan cukup stabil. Setelah bermain selama setengah jam, hanya area dekat engsel layar yang terasa hangat sementara bagian lainnya tetap adem.
Selanjutnya saat menjalankan Shadow of the Tomb Raider dengan setelan grafis Lowest di resolusi native, rata-rata FPS yang diperoleh adalah 21. Sekali lagi perlu dicatat karena prosesor ini berbasis ARM, ada beberapa game yang tidak bisa dimainkan terutama yang membutuhkan anti-cheat engine seperti Valorant.
Dalam pengujian sintetis menggunakan Cinebench 2024 dengan charger tersambung, Zenbook A14 mencatat skor 95 untuk Single Core dan 467 untuk Multi Core. Skor ini sebanding dengan laptop lain di kelas harganya.
Berkat efisiensi arsitektur ARM, performa laptop ini tetap stabil baik saat terhubung ke charger maupun tidak. Pengujian Cinebench 2024 dalam kondisi baterai tanpa pengisian daya juga menunjukkan skor yang hampir sama.
Fitur
Prosesor Snapdragon di Zenbook A14 dilengkapi NPU khusus dengan performa hingga 45 TOPS, menjadikannya bagian dari kategori Copilot+ PC dari Microsoft.
Berkat ini Zenbook A14 memiliki akses ke fitur AI di Windows 11 seperti Cocreator di aplikasi Paint untuk membuat gambar dengan bantuan AI serta Live Captions untuk menerjemahkan bahasa secara langsung.
Saat merekam wajah menggunakan webcam di laptop ini, hasil rekamannya dapat dimodifikasi melalui Windows Studio Effects yang memanfaatkan NPU pada prosesornya. Saya bisa mengubah tampilan wajah saya menjadi efek cat air atau menambahkan bokeh pada rekaman.
Dari segi kualitas, webcam ini tergolong sangat baik untuk sebuah laptop dengan resolusi mencapai 1920×1080 piksel. Selain itu webcam ini dilengkapi dengan infra merah yang membuat kita dapat melakukan otentikasi cepat melalui Windows Hello.
Mikrofon bawaan laptop ini juga melengkapi webcam tersebut untuk kebutuhan meeting virtual. Hasil rekamannya cukup baik di mana suara saya terdengar jelas.
Dari segi audio, kualitas speaker laptop ini sudah cukup memuaskan. Namun karena posisinya berada di bagian bawah, output suaranya sangat dipengaruhi oleh permukaan tempat laptop diletakkan.
Baterai
Dengan baterai 48Whr, saya dapat menggunakan laptop ini untuk bekerja selama 7 jam 43 menit dari kondisi penuh hingga tersisa 10%.
Meskipun daya tahannya tidak sebaik laptop ASUS lain yang di rentang harga yang mirip, ketahanan baterainya sudah cukup baik untuk bekerja seharian tanpa perlu charger.
Saat diuji menggunakan PCMark 8, hasilnya pun tidak jauh berbeda dari penggunaan sehari-hari yakni 7 jam 5 menit dengan tingkat kecerahan layar 50% dari kondisi baterai penuh.
Pengisian daya dilakukan melalui port USB Type-C di sisi kiri bodi laptop. Dengan charger bawaan, pengisian dari 5% ke 89% hanya memerlukan 1 jam sementara untuk mengisi penuh hingga 100% membutuhkan waktu 2 jam.
Kesimpulan
Dari sekian banyak keunggulan yang dimiliki ASUS Zenbook A14 UX3407, bobotnya yang sangat ringan menjadi daya tarik utama. Hal ini membuat laptop ini mudah dibawa ke mana-mana tanpa membebani bawaan.
Material Ceraluminum yang digunakan juga memberikan kesan unik sekaligus kokoh. Selain ringan dan bermaterial unik, performanya pun sudah sangat mumpuni untuk aktivitas sehari-hari.
Namun menurut saya, desain penutup laptop ini terasa terlalu minimalis, tidak menampilkan gaya khas Zenbook seperti generasi sebelumnya. Selain itu meskipun platform ARM kini semakin kompatibel dengan Windows, masih ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan.
Laptop ini dijual seharga Rp15.299.000, harga yang masih masuk akal mengingat fitur yang ditawarkannya.
Tinggalkan Komentar