Gadgetren – Untuk semakin memberi rasa aman bagi masyarakat dalam berolahraga di luar ruangan, aplikasi nafas yang telah diluncurkan pada akhir September 2020 kemarin kembali menghadirkan dua fitur terbarunya.
Fitur yang pertama adalah pencarian PM2.5 di “maps” dalam aplikasi yang dipermudah dengan mengubah data dari Air Quality Index (AQI) menjadi PM2.5.
Pengguna juga bisa mendapatkan notifikasi untuk membatasi waktu olahraga jika sedang berada di lokasi yang memiliki kualitas udara kurang baik. Notifikasi khusus ini muncul di semua data point, baik itu di peta maupun halaman detail.
Sebagai aplikasi yang dapat mengukur kualitas udara, nafas bekerjasama dengan Airly guna memasang 46 sensor di berbagai titik di Jabodetabek. Setiap sensor itu nantinya dapat memberikan data kualitas udara secara real-time bagi pengguna melalui aplikasi.
Sensor tersebut juga mampu mengukur berbagai polutan di udara yang terdiri dari suhu, tekanan barometrik, kelembaban, dan tiga jenis particulate matter (PM) yang meliputi PM1, PM2.5, dan PM10.
Di samping menggelontorkan fitur baru, nafas juga merilis data adanya risiko kesehatan saat olahraga outdoor pukul 04.00 – 09.00 WIB berdasarkan polusi Particulate Matter (PM2.5) dunia. Dengan temuan ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat merencanakan waktu dan durasi terbaik dalam berolahraga outdoor secara aman.
Piotr Jakubowski selaku Co-founder & Chief Growth Officer nafas menjelaskan tentang data temuannya lebih jauh bahwa banyak lokasi yang sering kali memiliki tingkat kadar udara PM2.5 dimana telah melebihi 100 (ambang batas aman).
“Tentu ini menyoroti pentingnya mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk olahraga yang aman. Jangan sampai risiko kesehatan dari polusi udara ternyata melebihi manfaat berolahraga,” ujarnya.
Tingginya tingkat polusi ini pun berpengaruh pada efektivitas lamanya berolahraga yang disarankan. Semakin tinggi tingkat PM2.5 (melebihi 100), maka semakin singkat waktu olahraga yang disarankan.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Erlang Samoedro selaku Dokter Spesialis Paru (Pulmonologist) menerangkan bahwa PM2.5 merupakan polutan paling berbahaya jika terhirup di tubuh manusia. “Bahayanya jika PM2.5 terhirup dimana sekali berolahraga, tingkat pernapasan akan meningkat signifikan hingga 40-60 napas per menit,” tuturnya.
Berbeda dengan aktivitas normal yang hanya mengambil napas 15 kali per menit. Ditambah lagi, intensitas olahraga yang berbeda menyebabkan perbedaan volume udara yang dihirup. Tentu adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga di kualitas udara yang buruk semakin memberi risiko jumlah aerosol yang terhirup, termasuk PM2.5.
Ia menambahkan beberapa risiko penyakit yang mungkin akan muncul karena terhirupnya PM2.5 antara lain asma, stroke, dan kanker paru-paru. Agar hal tersebut bisa dihindari, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengecek kualitas udara sebelum berolahraga menggunakan aplikasi nafas.
Pertama, buka aplikasi dan tes kadar PM2.5, apakah mencapai 100 atau tidak. Jika tidak, maka olahraga bisa dengan aman dilakukan. Namun jika memang sudah mencapai 100, maka perhatikan warna yang ada. Jika menunjukkan warna oranye, maka olahraga yang disarankan adalah olahraga di bawah 90 menit.
Tidak jauh berbeda dengan warna merah yang harus berolahraga maksimal 90 menit. Tanda ungu menunjukkan kadar PM2.5 yang tinggi dan waktu olahraga harus dilakukan maksimal 30 menit.
Tinggalkan Komentar