[Ilustrasi Oleh Pixabay]
Gadgetren – Mulai hari ini, secara resmi YouTube akan mengurangi kualitas video di seluruh dunia termasuk Indonesia. Upaya ini dilakukan YouTube guna memudahkan akses internet akibat penerapan lockdown maupun karantina di masa wabah virus korona.
Dikutip dari Bloomberg, pengguna YouTube selama sebulan ke depan akan mengakses kualitas video YouTube dalam definisi standar (SD) atau 480p yang akan mengonsumsi 1GB data.
Meski demikian pengguna masih bisa menonton YouTube dalam definisi tinggi atau high definition (HD) dengan 3GB data per jam dan dapat mengaturnya secara manual. Seperti yang telah diketahui, kualitas video YouTube sebelumnya diatur secara otomatis, tergantung kualitas jaringan yang ditangkap.
Sekitar seminggu yang lalu, kebijakan ini telah diterapkan di Eropa. Sebagai bagian dari Google Alphabet.Inc, YouTube menerapkan regulasi yang sebelumnya telah lebih dulu dilakukan layanan video streaming lainnya, seperti Netflix dan Amazon Prime Video untuk mengurangi penggunaan bandwidth mereka.
Ada dua laporan yang mengatakan bahwa video streaming mengambil banyak bandwidth, yakni Sandvine dan BBC. Sandvine mengatakan bahwa penggunaan video streaming mengambil lebih banyak bandwidth daripada aplikasi streaming musik, pesan, dan peta dari data yang dikirimkan.
Sementara BBC News dikutip dari The Verge mencatat bahwa unduhan game, webmail, dan konferensi video menempatkan ketegangan yang relatif lebih sedikit pada jaringan dibandingkan video streaming YouTube. Oleh karenanya, Netflix pun menurunkan kualitas videonya sebanyak 25%.
Penggunaan ini dalam laporan tersebut semakin meningkat ketika wabah korona merebak ke seluruh dunia dan beberapa negara satu persatu memberlakukan lockdown atau karantina demi menekan penyebaran virus korona.
Selama masa karantina, banyak orang yang bekerja dan belajar dari rumah sehingga mayoritas lebih sering menggunakan YouTube dibandingkan sebelum masa karantina dan berakibat pada kepadatan akses internet yang meningkat secara drastis.
Dalam pernyataan tertulis yang didapat oleh Bloomberg, Google juga menyampaikan bahwa situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya sehingga mereka akan memastikan terus bekerja sama dengan pemerintah dan operator jaringan di seluruh dunia untuk memantau yang akan terjadi pada sistem ke depannya.
Tinggalkan Komentar