Gadgetren – ShopeePay Talk kembali hadir memberikan tips bisnis untuk para pemula yang bisa diterapkan untuk situasi sekarang ini dengan modal terbatas.
Eka Nilam Dari selaku Head of Strategic Merchant Acquisition ShopeePay dalam acara diskusi bersama awak media berjudul Modal Ratusan Ribu, Omzet Ratusan Juta menuturkan bahwa modal merupakan aspek penting dalam bisnis yang seringkali memiliki anggapan harus sampai ratusan juta.
“Faktanya ada yang modal ratusan ribu dengan omset ratusan juta yang tentunya melalui strategi yang tepat. Di sini kita akan (perlihatkan -red) bahwa seperti apa strateginya langsung dari para pelaku bisnis,” ujarnya kepada tim Gadgetren.
Dalam kesempatan yang sama, Nanang Suherman selaku Owner Ayam Goreng Nelongso membeberkan strategi bisnisnya yang telah dimulai sejak tahun 2013. Dengan Ayam Goreng Nelongso yang dimulai dari nol bermodalkan Rp 500.000, Nanang saat ini sudah mengembangkan bisnisnya dengan mendirikan 71 outlet Ayam Goreng Nelongso.
“Saya awalnya fokus ke target market dan tidak mau kehilangan target market. Kalau sudah ada target market otomatis sudah bisa memilih target market berada di mana. Bahkan selama pandemi tidak ada yang tutup. Ayam Goreng Nelongso masih menghasilkan karena dengan sendirinya ke daerah yang melahirkan mahasiswa,” jelasnya.
Sementara itu, Fellexandro Ruby selaku Entrepreneur & Founder Negeri Pembelajar Edu-tech menuturkan bahwa kadang modal yang besar memang perlu, namun menurutnya membuat bisnis bukan soal berani atau tidaknya jika memiliki modal terbatas tapi diperhitungkan dengan matang.
“Yang saya temukan biasanya orang kalau mulai bisnis takut dengan risiko. Misalnya kita takut nggak laku, saya yakin banyak fitur di Shopee atau dengan buka pre-order di media sosial. Di zaman sekarang ini, di era sosmed sangat mungkin bekerja sama dengan influencer dan seleb,” ujarnya.
Ayam Goreng Nelongso juga sempat menemukan berbagai macam tantangan dan kendala. Nanang mengatakan di awal bisnisnya sangat terpengaruh dengan karyawan karena industri kuliner harus dari hulu ke hilir yang membutuhkan tenaga manual berat.
“Langkah yang saya lakukan terinspirasi dari Indomie. Semua orang bisa masak Indomie tergantung dari tingkat kematangannya mau lembek atau setengah matang. Jadi saya tidak tergantung sosok seorang chef. Selain itu tantangan lainnya tingkat taste atau rasa itu terus berubah, dulu tahun 2005 di Malang itu rasa manis, tahun 2007 di Malang jadi pedes manis, dan sekarang muncul budaya Korea yang punya rasa asam, pedas, keju, dan seterusnya,” paparnya.
Bagi Nanang gaya hidup target pasar juga harus diperhatikan karena terus berubah. Jika pebisnis tidak bisa beradaptasi, maka tidak akan bertahan karena tren terus berubah. Ia pun tidak memiliki ilmu yang pakem karena buatnya yang telah diterapkan dan berhasil itu sudah cukup. “Saya punya prinsip Amati, Tiru, Murahin,” ujarnya sembari tertawa.
Untuk situasi saat ini, Ruby pun melanjutkan tidak bisa dipastikan tren apa yang bisa dimanfaatkan pebisnis pemula. Meskipun begitu, Ruby memberikan trik untuk bertahan dikala pandemi saat berbisnis terutama sedang PPKM Darurat.
Salah satunya melihat dari sisi regulasi, apakah ada yang sedang dimudahkan sekarang seperti relaksasi PPN 10% untuk properti dan otomotif sehingga bisnis keduanya menggeliat. Kemudian pebisnis pemula bisa melihat perilaku konsumen yang bergeser karena lebih sering di rumah. Oleh karenanya produk pernak-pernik rumahan atau bercocok tanam sempat tren.
Tak lupa pemula juga harus memanfaatkan platform digital seperti Shopee dengan promo pembayaran cashback ShopeePay Talk. Hal ini disampaikan Nanang sangat berpengaruh pada omset penjualan Ayam Goreng Nelongso-nya.
“Dengan memanfaatkan media platform dan bersinergi saya bikin layanan take away. Dengan adanya ShopeePay luar biasa untuk market saya yang mahasiswa, generasi milenial yang kejar cashback-an,” tutupnya.
Tinggalkan Komentar