Gadgetren – Untuk meningkatkan pengawasan orang tua terhadap penggunaan platform-nya, TikTok telah melakukan beberapa pembaruan privasi pada fitur Pelibatan Keluarga atau Family Pairing yang telah diperkenalkan pada bulan April 2020 silam.
Melalui telekonferensi virtual, tim Gadgetren mengonfirmasi secara langsung kabar tersebut dan memastikan soal keberlanjutan penerapannya di Indonesia.
Mengingat kegiatan pembelajaran jarak jauh dengan mengandalkan gadget dari rumah rentan terhadap maraknya berbagai macam konten yang tidak pantas untuk anak, Angga Anugrah Putra selaku Head of User and Content Operations TikTok Indonesia mengungkapkan bahwa kehadiran fitur Pelibatan Keluarga justru akan lebih mengontrol konten apa saja yang bisa dilihat.
“Betul, kita ada fitur Family Pairing dan saat ini sudah diperkuat lagi dengan beberapa penambahan fitur dimana orang tua bisa mengontrol pencarian anak, menentukan siapa yang dapat memberikan komentar di video, membuat akun menjadi privat atau publik, dan menentukan siapa saja yang akan memberikan suka,” jelasnya.
Sebagai persyaratan khusus sebelum membuat TikTok, Angga menambahkan bahwa pengguna dalam kategori anak-anak harus berusia minimal 13 tahun. Sementara soal data prime time penggunaan TikTok pada usia anak yang masih bersekolah, lebih jauh Angga belum bisa membeberkannya.
Namun demikian, pembaruan fitur Pelibatan Keluarga di Indonesia menurutnya diharapkan akan semakin memberikan perlindungan yang maksimal bagi anak-anak di usia sekolah yang mengakses platform TikTok sehingga konten-konten yang belum sesuai bisa diminimalisir.
Fitur Pelibatan Keluarga memungkinkan orang tua untuk menghubungkan akun TikTok mereka dengan akun anak remaja mereka dimana sudah mencakup berbagai fitur seperti kontrol Manajemen Waktu Layar, Mode Terbatas, dan Pesan Langsung untuk menyediakan masukan serta kontrol kepada orang tua tentang bagaimana anak remaja mereka menggunakan TikTok.
TikTok juga telah menjalin kemitraan global untuk melawan eksploitasi terhadap anak dan menghapus konten, menurunkan akun, serta bermitra dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan lembaga penegak hukum.
Selain itu, baru-baru ini TikTok turut menambahkan lebih banyak panduan dan sumber daya untuk mendukung body positivity atau kepercayaan diri terhadap bentuk tubuh di dalam komunitas dan menghapus konten berbahaya seperti ujaran kebencian.Â
TikTok pun tidak mengizinkan gambar atau video dikirim dalam kolom komentar atau pesan, lantaran penelitian telah menyebutkan bahwa bagaimana penyebaran konten seksual mempengaruhi tingkat kekerasan pada anak, terutama video yang memiliki enkripsi.
Tinggalkan Komentar