ASUS Zenbook S 14 OLED UX5406
Aplikasi

byte Vs TikTok – Semakin Terbatas, Semakin Kreatif?

byte Vs TikTok Header

Gadgetren – Layanan media sosial berbasis video, TikTok, tampaknya akan mempunyai saingan baru. Hal ini dikarenakan layanan Vine yang sebelumnya dibunuh oleh Twitter baru saja dihidupkan kembali.

Vine merupakan layanan media sosial berbasis video selayaknya TikTok. Layanan media sosial ini menyediakan dukungan berbagi video singkat dengan durasi selama enam detik bagi para penggunaya.

Pada tahun 2017 lalu, Twitter sayangnya terpaksa menutup layanan ini karena dianggap kalah saat harus bersaing dengan beberapa platform lain seperti Instagram dan Snapchat dalam mendapatkan pengguna.

Untungnya, Dominik Hofmann atau yang akrab disapa Dom Hofmann (co-founder Vine) tak ingin berhenti berkarya. Hoffman membuat layanan video baru dengan konsep yang sama bernama byte.

Awal tahun 2020 ini, layanan video baru bernama byte ini sudah meluncur untuk menghidupkan kembali konsep yang ditawarkan oleh Vine. Sayangnya, layanan media sosial berbasis video tersebut pun harus berhadapan dengan TikTok yang kini semakin populer.

Tahu akan berhadapan dengan layanan video kekinian tersebut, byte hadir dengan membawa beberapa hal yang berbeda dalam layanannya. Apa saja itu?

Sama seperti pendahulunya, byte membawa dukungan berbagi video dengan durasi maksimal enam detik. Ini menjadi perbedaan paling mendasar jika dibandingkan dengan TikTok yang memiliki dukungan video hingga lima belas detik.

Pembatasan durasi ini tentunya ada alasannya. Dengan semakin terbatasnya durasi video yang bisa diunggah, maka pengguna akan semakin kreatif untuk memanfaatkannya. Hal ini sesuai dengan tujuan diluncurkannya Vine generasi kedua tersebut.

Bahkan untuk membuat pengguna semakin kreatif lagi, byte tidak menyediakan editor video selengkap TikTok. Para pengguna byte dituntut untuk membuat video dari awal hingga benar-benar jadi secara mandiri.

Ini secara khusus bertujuan agar video yang dihasilkan benar-benar orisinal. Seperti yang kita tahu, ketersediaan berbagai macam efek kadang membuat video-video di dalam layanan TikTok menjadi banyak yang mirip.

Namun sebagai akibatnya, pengguna byte tidak akan bisa membuat video semudah apa yang ditawarkan oleh TikTok. Mereka harus mengerjakan videonya benar-benar secara manual.

Selain berkaitan dengan orisinalitas dan kreativitas, byte juga sudah menyiapkan metode monetisasi yang bisa digunakan pengguna sejak awal diluncurkan dengan menawarkan program kemitraan.

Sisi yang satu ini cukup berbeda dari TikTok yang sampai sekarang masih terbatas pada pemberian tip bagi kreator-kreator terpilih saat mereka melakukan siaran langsung. Padahal jika dilihat dengan seksama, TikTok pun sebenarnya sudah menggunakan iklan dalam layanannya.

Tentang penulis

Sukindar

Penulis Gadgetren yang aktif membuat konten tentang panduan teknologi mulai dari cara menggunakan hingga membahas istilah-istilah khusus di dalamnya.

Tinggalkan Komentar