Gadgetren – Samsung Solve for Tomorrow 2025 yang telah digelar menelurkan enam tim pemenang yang mempersembahkan berbagai inovasi dan ide untuk mengatasi suatu masalah.
Samsung Solve for Tomorrow 2025 sendiri merupakan kompetisi berbasis STEM dimana para inovator muda diberi ruang untuk menggunakan keterampilan mereka untuk memecahkan permasalahan sosial dan lingkungan yang ada saat ini. Pada tahun ini ada dua tema kategori, yakni Environmental Sustainability via Technology dan Social Change through Sport & Tech.
Untuk Environmental Sustainability via Technology menantang para peserta untuk menghadirkan solusi yang tidak hanya ramah lingkungan saja melainkan juga cerdas dan berkelanjutan sehingga bisa mengurangi limbah, menggunakan ulang sumber daya, hingga daur ulang material.
Sementara Social Chang through Sport & Tech mengajak para peserta untuk menghadirkan ide yang disertai solusi inovatif untuk membuat olahraga menjadi lebih inklusif dan dapat diakses oleh semua kalangan seperti perempuan dan penyandang disabilitas.
Pada Samsung Solve for Tomorrow 2025, empat dari enam pemenang yang diumumkan masuk ke dalam Environmental Sustainability via Technology berkat inovasi yang mereka bawa baik itu untuk kategori SMA dan sederajat maupun Perguruan Tinggi.

MycoSense dari tim Fungaes
Tim Fungaes dari SMAN Unggulan M.H. Thamrin menjadi juara pertama untuk kategori Sekolah Menengah Atas (SMA, SMK, MA) dengan menampilkan MycoSense, sebuah sistem yang mampu memantau kualitas tanah berbasis jaringan jamur alami dan Edge-AI untuk mendeteksi logam berat.
Kualitas tanah buruk yang terkontaminasi oleh logam berat seperti timbal hingga merkuri terus meningkat akibat kegiatan industri, namun alat untuk mendeteksinya masih mahal dan sulit diakses oleh petani yang paling terdampak karena akan mempengaruhi hasil panen.
Oleh karena itu MycoSense bisa menjadi solusinya untuk lahan besar maupun kecil dengan biaya yang lebih murah. Sistem ini pun dapat dipantau datanya secara langsung dari laptop maupun ponsel di samping sifatnya yang alami.
MycoSense bekerja dengan mengandalkan miselium jamur tirap yang sensitif terhadap perubahan lingkungan serta membaca elektroda dari lingkungan yang kemudian diubah sebagai data digital untuk diproses oleh ESP32 sebelum dikirim ke awan dan AI untuk analisis.
Pengguna pun hanya perlu memasang sensor dan menunggu data terpantau melalui dashboard interaktif yang akan menampilkan heatmap, tren, serta memberikan rekomendasi yang perlu diambil. AI dapat secara cerdas mengklasifikasi jenis polutan.

EcoZone dari tim TIMSES
Inovasi selanjutnya ada EcoZone yang membuat tim TIMSES dari MAN 2 Kota Malang menempati posisi kedua. TIMSES memperhatikan bahwa sungai Brantas sering tercemar oleh limbah cari dari proses industri pertanian seperti sisa fermentasi maupun air pencucian.
EcoZone sebagai solusi cerdas pengolahan limbah cair berbasis Ozonisasi Elektroagulasi yang terintegrasi IoT dan machine learning. Keunggulannya terletak pada pemantauan secara real-time serta membuat air hasil pengolahan bisa digunakan kembali pada proses industri.
Pengguna tinggal menghubungkan EcoZone untuk kemudian melakukan filtrasi, elektrokoagulasi, UV-C, dan Ozonisasi untuk diperiksa oleh sensor-sensor yang ada. Data kemudian akan dikirim secra real-time untuk diproses dan diidentifikasi oleh AI untuk mengetahui apakah air sudah jernih atau perlu dikelola kembali.

Kandang H.I.J.A.U dari R2045 NEST-X
Lalu untuk juara ketiga ada tim R2045 NEST-X dari MAS International Technonatura yang memperkenalkan Kandang H.I.J.A.U yang merupakan inovasi peternakan ayam otomatis berbasis smart sensor dan tenaga surya yang ramah lingkungan.
Permintaan dan produksi daging ayam terus meningkat yang mana turut membuat harga meningkat. Namun limbah yang dihasilkan oleh perternakan ayam pun turut meningkat sehingga berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan.
Kandang H.I.J.A.U pun memiliki berbagai fitur seperti mengubah limbah yang dihasilkan oleh ayam menjadi pakan bernutrisi, pemantauan AI yang bisa mengetahui kondisi ayam, pemantau suhu dan kelembapan untuk memastikan kondisi kandang optimal, hingga pemberian pakan dan minum secara otomatis. Seluruhnya bisa diakses melalui dashboard dari Kandang H.I.J.A.U.

Pantara dari tim Hackie Chan
Sementara pada kategori pendidikan tinggi ada tim Hackie Chan dari Universitas Brawijaya yang meraih juara 2 lewat dengan Pantara, sebuah platform digital berbasis AI untuk membantu manajemen bahan pangan segar dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Seperti yang diketahui saat ini banyak siswa yang mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari MBG yang mana salah satu dikatakan akibat sulit memantau bahan segar yang sangat banyak mulai dari jumlah hingga memilah mana saja yang masih segar.
Maka dari itu Pantara hadir untuk mencegah kerugian yang disebabkan ketidaksesuaian permintaan dengan memberikan data monitoring secara langsung mengenai bahan apa saja yang paling digunakan, inventaris, hingga peringatan stok kadaluwarsa.
Dengan begitu, penggunaan bahan pangan bisa lebih terarah untuk menghindari adanya lagi keracunan hingga mendukung keberlangsungan program MBG sambil memastikan penggunaan bahan makanan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Melalui kompetisi Samsung Solve for Tomorrow, para inovator muda jadi punya wadah untuk menuangkan ide mereka serta memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan yang ada sehingga bisa menghadirkan perubahan yang positif kepada Indonesia dan dunia.
Tinggalkan Komentar