Gadgetren – Canalys telah merilis laporan terbaru dari riset yang dilakukannya untuk pasar ponsel pintar di Asia Tenggara.
Canalys menyebutkan adanya penurunan pasar ponsel pintar sebesar 1% untuk year on year Q2 2025 dimana terjadi terjadi pengapalan sebesar 25 juta unit.
Kali ini Xiaomi dilaporkan berhasil merebut kembali posisi puncak dengan mencatatkan peningkatan tahun sebelumnya sehingga kini berhasil meraih pangsa pasar yang lebih besar berkat kehadiran lini Redmi yang terjual cukup kuat.
Untuk wilayah Indonesia sendiri Xiaomi mencatatkan pangsa pasar sebesar 21%, merajai daftar laporan dari Canalys ini. Sementara di posisi kedua terdapat TRANSSION yang memiliki pangsa pasar sebesar 20% dan di posisi ketiga ada Samsung dengan pangsa pasar 18%.
Selanjutnya disusul oleh OPPO di posisi keempat dengan pangsa pasar 14% dan vivo di posisi kelima dengan pangsa pasar 13%. Dalam laporan tersebut dapat terlihat bahwa Samsung mengalami kenaikan dan OPPO mengalami penurunan untuk pasar ponsel di Indonesia.
Laporan Canalys juga menyebutkan bahwa pada Q2 2025 untuk wilaya Asia Tenggara, Xiaomi berhasil mengapalkan hingga 4,7 juta unit, TRANSSION pengapalan hingga 4,5 juta unit, Samsung dengan pengapalan mencapai 4,3 juta unit, OPPO dengan pengapalan 3,5 juta unit dan vivo yang melakukan pengapalan 2,8 juta unit.
Keberhasilan Xiaomi dalam ekspansi saluran penjualan berbuah manis karena menjadi fondasi untuk POCO dan segmen premium seperti Xiaomi 15 mendapatkan peningkatan. Begitu pula dengan Samsung yang memperkuat diversifikasi saluran penjualan sambil tetap mengukuhkan posisinya sebagai perangkat premium.
“Xiaomi dan TRANSSION memimpin segmen harga bawah dengan menghadirkan harga yang kompetitif dan penjualan yang agresif,” kata Sheng Win Chow selaku Senior Analyst di Canalys,
Berbagai perusahaan dari Tiongkok tersebut pun sukses dalam menggunakan TikTok Shop untuk menjual perangkat di segmen harga bawah dengan memberikan penawaran eksklusif online dan diskon yang mana membuka kesempatan untuk menerobos segmen pasar yang kompetitif tersebut.
Walaupun pengapalan terbilang cukup stabil saat ini tetap ada efek dari perang tarif yang tengah terjadi sehingga membuat jumlah produksi dan perencanaan inventaris lebih terbatas. Hal ini yang membuat strategi saluran penjualan dan penawaran produk menjadi penting.
Tinggalkan Komentar