[Sumber: DREAMSEA]
Gadgetren – Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI) dikabarkan tengah berupaya untuk mendigitalisasi setiap aksara daerah yang ada di Indonesia agar dapat digunakan dalam berbagai platform digital.
Dalam keterangan tertulis yang diterima oleh tim Gadgetren menerangkan bahwa tidak banyak orang yang mampu membaca aksara daerah yang banyak terdokumentasikan dalam manuskrip kuno Nusantara sebagai sumber utama dalam proses digitalisasi aksara.
Oleh karenanya, menurut Prof. Dr. Yudho Giri Sucahyo selaku Ketua Dewan Pengurus PANDI diperlukan adanya sinergi yang baik dengan pihak yang memiliki keahlian dalam pengkajian manuskrip.
“Dalam hal ini Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) sebagai satu-satunya lembaga profesi yang mengkhususkan diri dalam kajian manuskrip Nusantara dimana menjadi jembatan pengetahuan naskah dan aksara Nusantara,” ujarnya.
Untuk mempromosikan dan mensosialisasikan digitalisasi aksara Nusantara, Manassa bersama (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia) DREAMSEA dan PANDI akan membahas upaya digitalisasi naskah, aksara Nusantara, serta peluang pemanfaatannya.
[Sumber: DREAMSEA]
Rencana tersebut akan dihadirkan dalam webinar rutin seri ke-4 yang diusung oleh DREAMSEA dan Manassa dengan tema “Manuskrip dan Digitalisasi Aksara Nusantara”.
Acara diskusi ini akan diisi oleh para ahli di bidang pelestarian manuskrip dan aksara Nusantara antara lain Prof. Dr. Oman Fathurahman (Principal Investigator DREAMSEA, Pengampu NGARIKSA), Dr. Munawar Holil, M.Hum. (Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara), Prof. Dr. Yudho Giri Sucahyo (Ketua Dewan Pengurus PANDI), dan Andi Alfian Mallarangeng, Ph.D. (Pembina Yayasan Lontaraq Nusantara).
Prof. Dr. Oman Fathurahman selaku Principal Investigator DREAMSEA menuturkan bahwa sejak 2017, DREAMSEA bekerja sama dengan Manassa dan berbagai komunitas budaya telah berhasil mendigitalkan 193.646 halaman manuskrip dari 58 koleksi milik masyarakat Indonesia.
“DREAMSEA memfasilitasi penyediaan digitalisasi manuskrip untuk dimanfaatkan berbagai keperluan termasuk penyelamatan aksara. Dari ribuan manuskrip yang telah berhasil didigitalisasi oleh DREAMSEA, teridentifikasi 18 jenis aksara yang digunakan. Tentu saja, perlu dilakukan tindak lanjut setelah digitalisasi naskah. Digitalisasi aksara adalah salah satu yang dapat diupayakan,” tuturnya.
[Sumber: DREAMSEA]
Hal senada juga disampaikan oleh Dr. Munawar Holil selaku Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara. Munawar menjelaskan bahwa digitalisasi manuskrip Nusantara yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga maupun perorangan merupakan salah satu langkah penyelamatan isi kandungan naskah.
“Aksara yang terdokumentasi dalam manuskrip digital perlu dibaca agar isinya dapat dikontekstualisasikan di masa kini. Digitalisasi aksara pada manuskrip membuka peluang untuk dimanfaatkan dalam kajian Filologi Nusantara,” terang Munawar.
Bagi kamu yang memiliki ketertarikan di bidang kajian budaya dan teknologi digital, Muhammad Nida’ Fadlan selaku Manager Data DREAMSEA mengungkapkan bahwa webinar ini dibuka untuk masyarakat umum.
Webinar akan dilaksanakan secara langsung dan daring pada 10 Maret 2021 melalui Facebook dan kanal YouTube DREAMSEA Project. Kegiatan ini dilaksanakan atas dukungan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Centre for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) University of Hamburg atas dukungan lembaga filantropis Arcadia Fund.
Tinggalkan Komentar