ASUS X555QG
- Layar - 7/107/10
- Performa - 8/108/10
- Baterai - 6/106/10
- Software - 7/107/10
- Desain - 7/107/10
Kesimpulan
ASUS X555QG merupakan laptop unik dengan performa mumpuni, namun punya kekurangan mendasar di beberapa sisi
Yang Disukai
- Ukuran layar besar yang memuaskan
- Performa mumpuni untuk bermain game maupun kerja
- Konektivitas port lengkap
- Ada DVD-RW
Yang Tidak Disukai
- Daya tahan baterai di bawah rata-rata
- Material bahan yang terasa kurang kokoh dan lentur di beberapa bagian
Gadgetren – Laptop kelas menengah yang bisa digunakan bekerja maupun bermain game dengan nyaman tidak lah mudah ditemui.
ASUS X555QG merupakan laptop dengan APU AMD yang berarti selain sudah ada prosesor juga ada integrated graphic untuk mengolah gambar 3D sehingga kamu dapat menikmati segala jenis konten dengan lebih baik. Laptop dengan harga kisaran Rp 6,5 jutaan ini menyasar buat kamu para kaula muda.
Nah Gadgetren kali ini berkesempatan untuk mencoba ASUS X555QG selama beberapa waktu. Mau tahu bagaimana performanya di dunia nyata? Berikut review ASUS X555QG berdasarkan pengalaman saya selama memakainya.
Desain dan Layar
ASUS X555QG masih memiliki desain khas dari keluarga X dengan balutan warna hitam dan perak. Keseluruhan bodinya menggunakan bahan dari plastik yang membuatnya cukup ringan, yakni 2,2 Kg untuk ukurannya yang terbilang besar dikarenakan mengusung layar 15,6 inci.
Material plastik tersebut sedikit memberikan kesan kurang kokoh karena di beberapa area terasa kosong di dalamnya saat diketuk, namun hal ini umum ditemukan pada laptop di kelas menengah ke bawah. Selain itu permukaan laptop ini juga sangat lentur saat ditekan berkat ukurannya yang besar.
Ukuran layar 15,6 inci menjamin kamu dapat melihat konten dengan leluasa dan jelas. Sayangnya resolusi yang ditawarkan masih HD 1366 x 768 piksel sehingga akan kurang memuaskan bagi sebagian orang. Walaupun begitu menurut saya resolusi tersebut sudah sangat pas dengan spepesifikasi yang dimiliki oleh laptop ini.
Kualitas warna yang ditampilkan terbilang biasa saja seperti kebanyakan laptop, namun sudah sangat mencukupi untuk menikmati konten dengan nyaman. Tingkat kecerahan sangat bervariasi mulai dari sangat rendah hampir gelap hingga cukup terang pada tingkat tertingginya.
Soal konektivitas, X555QG menyediakan port yang lengkap mulai dari HDMI, USB 3.0, USB 2.0, Ethernet port, VGA display port, microSD, bahkan hingga DVD-RW yang sudah sangat jarang ditemui. Jadi kamu tidak perlu khawatir akan kekurangan port saat ingin menghubungkan dengan perangkat lainnya.
Desain ASUS X555QG memang tidak ada yang yang terlalu istimewa bahkan cenderung low-profile sehingga cocok buat kamu yang tidak terlalu ingin menarik perhatian untuk digunakan saat bekerja di samping ukurannya yang besar dan tebal.
Performa
ASUS X555QG yang saya ulas ini dipersenjatai dengan APU AMD A10-9600P yang merupakan generasi Bristol Ridge berkecepatan hingga 3.3 GHz. APU ini punya 10 Compute Unit dengan 4 core di antaranya sebagai prosesor dan 6 core lainnya untuk grafis Radeon R5 yang sudah ada langsung di dalamnya.
Agar punya performa lebih cepat lagi, laptop ini juga memiliki kartu grafis tambahan AMD Radeon R6 M435DX dengan video memori 2 GB. Selain itu juga ada RAM 4 GB (512 MB untuk shared memory) untuk kebutuhan program masa kini dan penyimpanan HDD berkapasitas 1 TB untuk data pribadi kamu.
Kombinasi tersebut memungkinkan ASUS X555QG menjalankan segala jenis program umum dengan sangat lancar tanpa lag. Untuk memastikan hal tersebut, tentu saya coba melakukan benchmar menggunakan program PCMark dalam mode Work.
Alhasil nilai yang didapat melalui benchmark dari PCMark 8 mencapai 3605. Nilai tersebut terbilang cukup lumayan dan sudah sangat mencukupi untuk pengguna biasa yang tidak terlalu membutuhkan performa tinggi.
ASUS X555QG sendiri dalam kesehariannya saya gunakan untuk bekeja sehingga sebagian besar aktivitas yang saya lakukan di laptop ini merupakan browsing, mengetik, streaming musik, dan streaming YouTube. Selama saya menggunakan X555QG, tidak ada permasalahan performa sama sekali yang benar-benar menurunkan produktivitas.
Saya dapat menjalankan berbagai program secara bersamaan tanpa merasakan lag. Semua terbuka dengan cepat dan berjalan lancar. Hanya saja terkadang laptop akan mulai terlihat kesulitan saat saya membuka tab sangat banyak saat browsing. Hal yang cukup wajar mengingat laptop ini memiliki RAM 4 GB yang merupakan minimum di zaman sekarang.
Buat kamu yang seorang mahasiswa atau pelajar, pastinya ingin punya laptop yang bisa diajak bermain game juga bukan? Sebagai permulaan saya coba melakukan benchmark dengan 3DMark dan hasilnya sesuai dengan apa yang saya prediksi dengan skor 4542 untuk Sky Diver yang menggambarkan game kelas menengah..
Untuk memastikan lebih lanjut, saya langsung mencoba untuk bermain game Rise of Tomb Raider yang punya grafis sangat ciamik dan Grand Theft Auto V yang merupakan game sangat populer di dunia. Dua game ini membutuhkan performa yang cukup tinggi dan bisa menjadi patokan akan apa yang bisa kamu harapkan dari game lainnya.
Pertama saya menjalankan Rise of Tomb Raider dalam resolusi HD 1280 x 720 pixel dan kualitas grafis Low. Hasilnya game dapat berjalan dengan rata-rata 23-25 FPS, namun terkadang bisa saja menyentuh 30 FPS jika tidak terlalu banyak efek yang terjadi. Walaupun bukan lah nilai yang ideal, tetapi game masih tergolong dapat dimainkan jika kamu memang sangat ingin dan tidak perduli akan grafis tinggi.
Selanjutnya saya bermain GTA V yang sangat membutuhkan kinerja prosesor dibandingkan kebanyakan game yang lebih cenderung membutuhkan kinerja kartu grafis. Sama seperti Tomb Raider, pengaturan grafis saya set resolusi HD dan kualitas Low yang sedikit dinaikan untuk pengaturan yang dirasa tidak terlalu membebani.
Dengan pengaturan tersebut saya bisa memainkan GTA V cukup lancar dengan FPS stabil di 30, mungkin pada  beberapa bagian akan sedikit. Objek maupun tekstur juga terkadang terlambat untuk dimuat saat bergerak cepat seperti berkendara sehingga akan sedikit menggangu permainan. Walaupun begitu, GTA V masih sangat bisa untuk dimainkan selama kamu mau berkompromi.
Setelah bermain kedua game tersebut, saya dapat mengatakan kalau ASUS X555QG akan sangat mumpuni untuk bermain game ringan, lawas, maupun kelas eSport seperti DOTA 2. Namun untuk game keluaran terbaru dengan kualitas tinggi, kamu harus menurunkan ekspektasi kamu untuk bisa bermain dengan lancar.
Laptop juga tidak terasa panas sama sekali pada bagian area tangan setelah digunakan intensif sekali pun dan area di atas keyboard hanya cenderung hangat saja.
Baterai
ASUS X555QG memiliki baterai 2 Cells 37 Whrs untuk mentenagai seluruh spesifikasi tersebut. Sayangnya daya tahan baterai merupakan salah satu kelemahan utama dari laptop ASUS ini mengingat ukurannya juga cukup besar.
Melalu benchmark Work yang dilakukan dengan program PCMark 8, X555QG hanya mampu bertahan selama 1 jam 22 menit saja. Jauh dari rata-rata laptop kebanyakan saat ini yang setidaknya mampu bertahan 2,5 jam dan lebih seperti laptop beberapa tahun lalu.
Dalam penggunaan sehari-hari saya seperti browsing dan nonton video, X555QG dapat bertahan sedikit lebih lama, yakni sekitar 1 jam 40 menit hingga baterai tersisa 9%. Jika digunakan bermain game, daya tahan baterai tersebut bisa menurun lagi menjadi kisaran 1 jam saja.
Hasil tersebut sangat kurang memuaskan sehingga membuat laptop ini kurang cocok untuk digunakan di luar ruangan terlalu lama buat kamu yang memang sering sekali berpergian. Upaya untuk menghemat baterai sebisa mungkin pun tidak memiliki efek yang signifikan.
Keyboard dan Touchpad
Buat kamu yang membaca bagian desain mungkin sudah menyadari dan memperkirakan bagaimana kenyamanan dari keyboard X555QG. Jarak dan ukuran dari setiap key terasa sangat pas termasuk area angka atau numpad yang tidak semua laptop memiliki. Letak tombol panah sedikit aneh dikarenakan panah kanan masuk ke area numpad.
Sayangnya keyboard ini memiliki kelenturan tinggi bahkan saat saya menekan dengan halus pun permukaan ikut turun. Bagi sebagian orang mungkin ini bukan lah hal yang terlalu bermasalah, namun bagi yang sering mengetik akan terasas kurang nyaman dan lebih cepat membuat jari lelah.
Jika bukan karena kelenturannya yang cukup tinggi, keyboard dari ASUS X555QG ini mendekati sempurna untuk saya. Keyboard juga tidak memiliki lampu latar atau backlit buat kamu yang berencana untuk sering menggunakannya di ruang gelap.
Soal touchpad, cuma ada dua kata yang bisa saya berikan, yakni luar biasa. Permukaannya sangat mulus sehingga memudahkan jari untuk bergerak. Setiap input yang diberikan juga terasa sangat responsif baik itu klik biasa maupun melakukan gesture di Windows 10.
Hanya saja sebagai catatan, Windows 10 menimpa driver bawaan melalui update sehingga saya hanya bisa menggunakan fungsi dasar touchpad saja. Setelah download driver lebih baru dari situs ASUS, maka masalah terselesaikan hingga saat ini tanpa kendala.
Kesimpulan
Setelah mencoba ASUS X555QG setiap hari, saya bisa mengatakan kalau laptop ini cukup unik. Ukuran layar yang besar dengan keyboard penuh dan kelengkapan Input-Output memungkinkan X555QG bisa dimiliki sebagai pengganti komputer desktop buat kamu yang lebih cenderung membutuhkan perangkat komputasi portable.
Sayangnya pilihan ASUS dalam memberikan desain dengan material sangat lentur khusunya area keyboard serta daya tahan baterai yang di bawah rata-rata menjadi suatu pertanyaan. Buat saya pribadi rasanya hampir tidak mungkin untuk menggunakan X555QG untuk di bawa kuliah maupun kerja pada tempat yang tidak ada colokan listrik.
Untungnya performa yang ditawarkan oleh ASUS X555QG terbilang cukup mumpuni di kelasnya pada harga kisaran Rp 6,5 jutaan. Sanggup melakukan multitasking dengan lancar maupun bermain game kelas eSport saat menginginkan hiburan.
Jadi ASUS X555QG merupakan perangkat yang punya performa yang baik, port lengkap, ukuran layar besar, serta keyboard penuh. Namun di samping hal tersebut seperti baterai dan material bahan, ASUS X555QG terbilang di kurang memuaskan.
Tinggalkan Komentar